Menulis itu menyembuhkan.
Menyalurkan penat yang menggenang jenuh dalam pikiran. Mengalirkan kata yang tak tersampaikan oleh lisan. Menyuntik keberanian karena menulis adalah jujur dengan diri sendiri tanpa harus dinilai orang. Menciptakan ruang dimana kita merasa aman, jauh dari bingar hidup yang tergesa-gesa.
Aku menulis dengan rasa. Hidupku dijalankan dengan rasa.
Kupikir kebencianku akan angka dan keenggananku akan logika bisa berakhir. Ternyata, aku sama saja dengan memilih mati. Karena hidup, dalam setiap jengkalnya adalah sebuah perhitungan eksak. Dibangun dengan geometri, berjalan dengan probabilitas. Meski tak selalu 1+1=2, tapi semesta berhitung. Katup jantung punya jadwal, bahkan penciptaan manusia dimulai dengan kelipatan 2. Cacatnya saja bisa dipetakan dengan kalkulasi.
Hidup tak bisa bergantung pada andai-andai. Bahkan keajaiban saja ada rumusnya.
Menjadi lengkap jika rasa dan logika bekerjasama.
ssuuupppeerrr!
ReplyDelete