"Kadang gw pengen keliatan keren jadi wanita karir, tapi kadang gw juga pengen gendong anak aja sambil ngangetin sayur."
:))))
Sebuah meme dan celetukan temen yang gw lupa mana duluan yang sampe ke gw, tapi bisa kebetulan sama gitu. Mungkin itu yang dihadapi sama sebagian wanita-wanita, termasuk gw sih. True, kalo lagi capek mikir kerjaan dan (harus) sekolah (lagi), gw rasanya mau skip aja ke masa dimana gw udah nikah, happy di rumah, status "aman" karena ga akan ditanya kapan nikah, keuangan juga "terjamin" karena husband should do all the work, haha. Bayangannya adalah gw bisa santai di rumah, cari resep, belanja terus masak buat suami, suami dateng terus seneng-seneng berdua. Yha, namanya juga imajinasi dan harapan naif.
Tapi, ya pastinya it doesn't work like that sih.
Kalau boleh cerita dulu sedikit sih, gw rasanya dari dulu adalah tipe cewek yang married-oriented (bisa ditengok buktinya di postingan Hawa jaman alay tahun 2009). Mungkin karena pengaruh punya kakak-kakak perempuan yang beda umurnya jauh kali ya, dimana ketika mereka nikah, gw masih SMA. Sehingga di usia awkward gitu, gw udah punya bayangan and I like the idea of committed to love and to be loved. Bayangin aja, saat SMA itu gw suka sama guru. Bisa jadi karena gw mencari sosok dewasa, atau karena gw terlalu cupu untuk ngegebet cowok-cowok gaul Tarbak--alias ya emang gak ada pilihan, haha. Dan, gw pun secara noraknya di diary ngegambar gw sama si guru ini (dulu dia masih belum nikah, fyi) bersama 2 anak kami, semacam foto keluarga. HAHA, kzl kan.
Tentu saja tidak ada apa-apa di antara kami berdua waktu itu. Sering ngobrol iya sih karena beliau salah satu guru pembimbing pas Olimpiade juga. Gwnya aja geer, diajak ketemuan hepinya selangit, padahal doi cuma ngajak ke seminar MLM biar jadi downline-nya. Sad.
Tapi, si Hawa yang married-oriented ini tidak berhenti sampai sana. Beberapa kali had a crush on someone, I instantly had a wild imagination of how we're gonna be together. Pernah waktu itu sekalinya diimamin sama cowok yang gw suka terus langsung ngebayangin beli rumah bareng. Aib, ya ampun. Kalo kata temen gw sih, bisa jadi I'm looking for sosok "ayah" yang gak gw dapatkan because somehow I got issues with my father, jadinya kalau ketemu laki-laki yang baik jadi clingy.
But anyway, what I'm trying to say is... mungkin karena gw anaknya married-oriented dan setiap harinya melihat contoh mamah yang selalu serve untuk kebutuhan rumah, anak-anak, dan suaminya secara total, jadi terbentuk image di pikiran bahwa ya namanya istri harus begitu. Ngelayanin. And I think I'll be pretty good at serving. Since I'm a people-pleaser dan seneng aja gitu pakpikpek di (dan untuk) rumah, terus bikin-bikin sesuatu untuk orang yang gw sayang.
Jadi cita-citanya jadi istri? Iya dong. x))))
Tapi, di samping manut dan "it will be my honor and pleasure to serve you, husband" attitude, gw juga gak mau senunduk itu. Harapannya, gw dan suami bisa jadi partner yang equal. Yang "saya tahu kewajiban saya sebagai istri tapi saya juga ingin dihargai sebagai manusia". Yang sama-sama nyuci, sama-sama masak, sama-sama bersih-bersih rumah, sama-sama kerja. Biar aku yang hamil dan kamu yang benerin genteng dan basmi kecoa. :))))
Jadi stay-at-home wife juga gw rasa tidak seideal dan se-shantay itu sih. Pasti ada rasa bosen dan tertekan karena nyinyiran orang dan kemauan sendiri untuk berkarya. Maka, gw juga gak pengen sebenernya jadi full stay-at-home wife. Pengennya berada di lingkungan cerdas dan produktif menghasilkan sesuatu yang gw sukakemudian dibayar biar bisa jajan lipstik karena uangmu uangku tapi uangku uangku :))) tapi masih ada waktu buat keluarga.
Kok kayaknya dangkal banget ya cita-citanya? Ah, itu sih gimana sudut pandangnya aja. Maaf ya kalau post ini bikin ilfil. Gw rasanya bisa ngebayangin temen-temen gw yang udah nikah baca ini terus ngakak "in your dream nikah bisa segampang itu!". Yah, namanya belum nikah ya gimana.
By the way, I think I already discussed my dream job di postingan soal science communication itu. Postingan yang ini what I have in mind deep inside. :p
Sudah malam, bobo yuk.
Cheers!
#31dayswritingchallenge #day16
Jadi cita-citanya jadi istri? Iya dong. x))))
Tapi, di samping manut dan "it will be my honor and pleasure to serve you, husband" attitude, gw juga gak mau senunduk itu. Harapannya, gw dan suami bisa jadi partner yang equal. Yang "saya tahu kewajiban saya sebagai istri tapi saya juga ingin dihargai sebagai manusia". Yang sama-sama nyuci, sama-sama masak, sama-sama bersih-bersih rumah, sama-sama kerja. Biar aku yang hamil dan kamu yang benerin genteng dan basmi kecoa. :))))
Jadi stay-at-home wife juga gw rasa tidak seideal dan se-shantay itu sih. Pasti ada rasa bosen dan tertekan karena nyinyiran orang dan kemauan sendiri untuk berkarya. Maka, gw juga gak pengen sebenernya jadi full stay-at-home wife. Pengennya berada di lingkungan cerdas dan produktif menghasilkan sesuatu yang gw suka
Cieee.. foto orang lain ini mah. Aku belum, nanti pas waktunya :p |
Kok kayaknya dangkal banget ya cita-citanya? Ah, itu sih gimana sudut pandangnya aja. Maaf ya kalau post ini bikin ilfil. Gw rasanya bisa ngebayangin temen-temen gw yang udah nikah baca ini terus ngakak "in your dream nikah bisa segampang itu!". Yah, namanya belum nikah ya gimana.
By the way, I think I already discussed my dream job di postingan soal science communication itu. Postingan yang ini what I have in mind deep inside. :p
Sudah malam, bobo yuk.
Cheers!
#31dayswritingchallenge #day16
No comments:
Post a Comment