Me and Venes as cinema buddies sepakat bahwa keduanya bercerita tentang cinta, cita-cita, dan realita. Berapa banyak cerita kehidupan yang melibatkan ketiganya dan kemudian terjadi konflik akibat tarik-menarik antara ketiga hal ini? Ada banyak, gw yakin. Dan itulah kenapa kedua film ini sangat realistis, manis sekaligus pahit. Have you guys watched them?
Mungkin basi sih kalau review La La Land sekarang. But I haven't stated it, so here I am: I LOVE IT. From the moment I saw the trailer, I could feel that this is gonna a brilliant movie and it is! The musical expression is one of a kind and I think all the scores are the story itself. My favorite scenes are the planetarium and the epilogue scene. The emotions are right there in the tunes of piano, bass, saxophone, and other musical instruments in the big band. Genius.
Plotnya sih not that extraordinary but RELATABLE. I don't care for spoiler alert though. Mia and Sebastian are two people who found similarities and comfort in each other then yes they fall for each other. They have their own dreams and struggling to make it comes true. It's not easy and they have their ups and downs, but eventually they realize in order to pursue the dreams, jalan mereka sudah tidak bisa dipaksa sama lagi. HIKS. Tapi ya gitu, namanya juga hidup. When the movie was about to end, and Mia and Sebastian exchanged the looks, I was squealing inside; "God, they used to be close to each other, supported each other, but then separated for the greater good~"
Sama halnya kemudian ketika nonton Galih & Ratna. Tidak sebrilian La La Land sih. Ini gw antara malu juga nonton ini karena berasa anak remaja (
Anyway, cerita Galih & Ratna ini berpusat pada kehidupan Galih dan Ratna (you don't say)--anak SMA yang suka-sukaan (jijik ga bahasa gw) tapi pada akhirnya harus berpisah karena, guess what, mereka harus mengejar cita-cita mereka masing-masing. As you may know, this movie is a remake of Galih & Ratna tahun 70an. Di cerita aslinya, bapaknya Ratna menentang hubungan anaknya dengan Galih karena ga "setara" secara status sosial dan akhirnya mereka berpisah karena Ratna dijodohin sama orang lain.
Di cerita Galih & Ratna versi milenial ini, mereka punya kesukaan yang sama, yaitu musik. Galih convinced Ratna kalau dia berbakat nyanyi dan Ratna encouraged Galih untuk bikin toko kasetnya hidup lagi (the thing that Galih wants so bad). They also have their ups and downs, tapi pada akhirnya, kenyataan berbicara. Ada jalan hidup yang mengharuskan mereka untuk memilih, ada tujuan harus mereka kejar--dan realita tidak menjadikan garis-garis itu bertemu.
Cinta dan cita-cita terdistorsi dalam bangun ruang bernama realita. Garis takdir yang bersinggungan tapi tak menjadi satu. Terpengaruh sejenak untuk menjadi pribadi yang tak lagi sama. Menyimpan kenangan yang menjadi kolase cerita. Berpisah untuk menjadi lebih baik, demikian realita berkata.
Woah, why am I being so deep? :)))
Ya udah gitu aja review melankolis gw tentang 2 film ini. Anyway, Galih & Ratna ini ringan seringan chiki tapi ga malu-maluin kayak FTV kok. Mau nonton mangga, ga mau nonton juga ga salah. Jadi, kamu terakhir nonton film apa? How did it make you feel? Film bagi gw adalah perayaan kehidupan dan film yang bagus patut diapresiasi. Nonton apa lagi ya nanti? :)
Cheers!
P.S: Our story is not easy as well, Kinci. Apakah garis takdir kita bisa bersatu?