Ah, manusia dari dulu sama saja kisah cintanya.
Ada hati untuk seseorang.
Pilihannya ada dua: hatinya disambut atau tidak.
Bagi yang beruntung, ketika diberikannya hati, si pujaan membalas dengan hati pula.
Bagi yang kurang beruntung, ketika diberikannya hati, tak kunjung dibalas sampai akhirnya sadar diri bahwa hati itu tak akan pernah disambut.
Mereka yang disiksa rindu tak berbalas lalu menuangkannya dalam tulisan.
Tipe manusia-manusia yang melihat langit saja pikirannya lalu melayang ke angan-angan.
Hatinya seolah mencari muara.
Membuncah sebegitu banyak namun tak ada mau yang diberi.
Si Tuan suka si Nona. Namun si Nona jatuh hati pada si Saudagar.
Ah, klasik.
Maka Tuan bersenandung pedih membayangkan Nona yang mungkin saja tak sedetik pun memikirkannya.
Tersayat hatinya bahwa tangannya tak akan pernah bertaut dengan tangan si Nona.
Romansa cinta tak berbalas. Sudah ada sejak zaman manusia mengenal desir asmara dalam hatinya.
Lalu, kemanakah kawanan patah hati ini?
Cinta mungkin sama, tapi kehidupan manusia berbeda.
Yang tak kuat menanggung derita mungkin memilih mati daripada hidup tanpa cinta.
Yang malu-malu mungkin mundur teratur tanpa pernah menyatakan cinta.
Yang ditolak mentah-mentah mungkin tak segan berjuang lagi demi mendapatkan cinta.
Aku?
Aku hanyalah manusia biasa yang menikmati segala pedih dan bahagianya jatuh cinta.
Karena cinta, diri, dan kata adalah alunan yang memabukkan.
Ditulis dengan baik. Kamu seperti tereliye :D
ReplyDelete