Wednesday, August 2, 2017

Dicintai atau Dipercaya?

Nah, kalau hari ini Hari Berpasangan beneran. :p

Hari ini tandemnya adalah Mas Dimas yang dari tulisan-tulisannya bikin iri karena tulisannya menarik dan gagasannya rapi. Bisa bikin sajak pula. Licik. You shouldn't be good at writing, Mas, cukuplah kau jago lobbying and public speaking, jangan semuanya jago. Hihi, canda. :p

Setelah lihat-lihat postingannya beliau di Tumblr, ada yang kayanya menarik untuk share dari sudut pemikiran aku. In a post titled "Balada Si Pecinta", he wrote,

"What will you choose? To be loved or to be trusted?"

Lalu aku mikir, nanya ke diri sendiri, "lu mau dicintai atau dipercaya?". Hmm.

Kalau menurut Mas Dimas, lebih baik dipercaya karena dengan dipercaya, dalam konteks sebuah hubungan, akan menghasilkan efek-efek yang lebih baik ketimbang mencintai. Simak tulisannya;

Coba saja lihat orang yang sedang jatuh cinta.. jika ia bertumpu pada rasa cinta pada kekasihnya.. maka hal itu akan berkurang manakala sang kekasih sudah tidak mampu memenuhi kebutuhannya.. dan akhirnya yang muncul hanya rasa kecewa..
Tapi.. coba kau pikirkan kalau yang dikedepankan adalah rasa percaya.. dan bukan sekedar cinta.. apapun yang terjadi.. pasti tidak akan mengubah pandangan dan kesetiaan si pecinta pada kekasihnya.. ya boleh dibilang.. dalam hal ini cinta adalah sesuatu yang relatif.. tetapi rasa percaya adalah keteguhan hati.. yang sifatnya nyaris absolut..


Kalau pertanyaannya apakah aku mau dicintai atau dipercaya? Jawabannya ya pasti dua-duanya :p.

"Dicintai atau dipercaya" konteksnya luas sih. Jawabannya juga bisa beda-beda tergantung konteks dan kondisinya. Oke, ambillah dalam konteks sebuah hubungan.

Skenario "dicintai tanpa dipercaya" bisa kejadian kalau misalnya si suami cinta nih sama si istri, tapi gak ngasih kepercayaan untuk megang uang, gak percaya kalau si istrinya bisa kerja tanpa meninggalkan kewajiban sebagai istri, atau curigaan tiap kali si istrinya arisan, was-was istrinya ngabisin uang. Kan gak enak juga yah.

Skenario "dipercaya tanpa dicintai" yaa gimana ya kalau dalam sebuah romantic relationship. Jadi kayak bisnis doang kalau percaya tanpa rasa. Misalnya, si suami ini percaya banget istrinya solehah banget, mau diajak susah. Tapi kalau cuma percaya doang, kebayang ada dialog, "kita lagi susah, aku percaya kok kamu bisa makan Mylanta sebulan". Lah minta dikemplang dia. Maksudnya kalau si suami mencintai istrinya ya dia akan cari cara gimana biar hidup dia dan istrinya gak melarat-larat amat. Atau kalau dalam kebalikannya situasi di atas, misal si suaminya percaya banget kalau istrinya bisa kerja tanpa meninggalkan kewajiban. Tanpa cinta, mungkin aja si suaminya bakal gak jadi partner dalam "pekerjaan rumah" kayak masak/nyuci/beberes karena kelewat percaya si istri bisa handle semua. Tapi dengan cinta, si suami bakal sayang, care, dan perhatian ketika misalnya si istrinya baru pulang sore, dia inisiatif untuk pesen makan dari luar.

Jadi ya aku sih pengen keduanya. Loved to be trusted, trusted to be loved.

Nah, kalau dibalik pertanyaannya: do you love or trust?

Aku setuju sih kalau "cinta" doang kesannya hanya lust tanpa dasar. Kalau "percaya" berarti kan ada sesuatu yang gak keliatan secara fisik yang mungkin lebih ke attitude jangka panjang. But I believe when I'm with someone, ya harus ngasih keduanya sih. I, too, should love and trust. Dari tadi aku kepikiran apa yang dulu pernah diceletukin Mas Dipo (ex graphic designer-nya eFishery),

"Cowok itu harus dikasih kepercayaan, Haw."

Hmm. Yang kemudian aku benarkan sih dalam hati. Katanya, ada pride dalam diri laki-laki yang terluka kalau merasa gak dipercaya, sama lah kayak perempuan yang butuh diperhatiin. Tapi, menurutku antara "cinta" dan "percaya" itu saling terkait sih, dan yang terpenting ketika kita melakukan keduanya, pastikan aja terkomunikasikan dengan baik. Kita melihat dari kacamata kita yang seringnya berbeda dari kacamata orang lain. Jadi apa yang menurut kita A, bisa disalahartikan jadi B di sudut pandang lawan. Kita melakukan A karena we think that's the usual and ideal condition, and we want others to do the same, padahal kan gak bisa menyodorkan semuanya.

Sekian dulu ilmu relationship sotoy seharga baso ikan dari saya malam ini.
Sekian dulu pandanganku akan post-mu, Mas Dim. Nanti nulis soal resensi film gitu aja lah biar gampang ditanggepin, haha. Yaudah, sudah malam nanti terus ngelantur.

Cheers!
#31dayswritingchallenge #day29

No comments:

Post a Comment