Saturday, May 21, 2011

The Great Seminar: Percepatan Rezeki by Ippho 'Right' Santosa

Ini harus gue tulis sebelum lupa. 


Kemarin malem gue diajak Refa untuk ikut seminar "7 Keajaiban Rezeki" dan "Percepatan Rezeki" dengan pembicara utamanya Ippho Santosa. Bagi yang familiar dengan nama tersebut, pasti udah tau dahsyatnya orang ini. Bagi yang belum tau (seperti gue sebelumnya), dia adalah seorang motivator dalam bidang bisnis yang uniknya memberikan penekanan pada cara berpikir otak kanan dan nilai-nilai islam, terutama sedekah. Dia juga seorang pengusaha sukses, salah satunya pemilik TK Khalifah yang cabangnya ada 70 biji di seluruh Indonesia.






He also known as Mr. Right karena selalu menyampaikan bagaimana cara berpikir menggunakan otak kanan yang gue kutip dari kata dia kemaren kalau, "orang yang berpikir pake otak kanan tuh udah ngga kaya punya otak aja. Otak kanan itu action-oriented, lakukan, lakukan, lakukan. Kalau dia mau belajar berenang, dia bakal nyemplung aja, beda dengan otak kiri yang baca buku manualnya dulu, distabiloin lagi dua hari."


Selain motivator di banyak seminar dan training, Ippho ini juga nulis buku yang selain 2 judul yang gue sebutkan di atas, juga "10 Jurus Terlarang" dan "13 Wasiat Terlarang". Buku yang tentang rezeki itu--menurut testimoni orang-orang--terbukti mampu mengubah hidup orang yang tadinya rezekinya pas-pasan menjadi luar biasa. Buku ini juga udah merambah berbagai negara, kaya Malaysia, Arab Saudi, Eropa, bahkan Amerika. Gue juga belum baca bukunya, but I believe there are lots of great lessons in the book. Terlebih, beliau ini konsepnya dari Al-Quran dan hadis.


Seperti kemarin, sedekah dan bersyukur menjadi bintang utama dalam topik yang dia sampaikan.
"Kita tuh sering salah, minta dulu baru bersyukur. Harusnya bersyukur dulu baru minta. Allah tidak pernah telat, Dia selalu on time, Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Tidak mungkin Allah mangkir dan menyalahi. Jadi, apa-apa itu disyukuri. Kalau barang ilang misalnya, syukuri. Gak dapet proyek? Syukuri, jadi punya lebih banyak waktu dengan anak di rumah."


"Iya, senyum itu sedekah. Tapi apa bisa dengan senyum membuat orang kelaparan menjadi kenyang? Coba senyumin pengemis di jalanan, yang ada Anda dipukulin tuh disangka orang gila. Kasihlah senyum dan uang, belikan ia makan. Ada masjid yang minta bantuan untuk pembangunan terus Anda ajak orang-orang untuk senyumin masjidnya berjamaah? Gak akan ada solusinya. Berilah mereka uang."


Dan ini favorit gue ketika Mas Ippho (sok kenal :p) ngebahas tentang sedekah ke masjid.
"Eh, kalau ada orang yang kasih sedekah ke masjid seribu rupiah, tegur orang itu 'Pak, Pak, maaf ini masjid bukan toilet!'. Iya kan, masa masjid disamain sama toilet? Toilet itu tempat yang paling najis. Kalau orang yang sedekahnya seribu sama kaya bayar toilet, gak heran kalau rezekinya sama kaya isi toilet itu: sisa-sisa orang."
"Lagipula, coba liat uang seribu itu; masa orang bawa golok dibawa-bawa ke masjid? Yang pantas itu orang yang berkopiah. Coba liat ada Bung Karno dan Bung Hatta, berdua. Artinya apa? Mereka mau solat berjamaah di masjid! Masa orang berkopiah diajak ke mall? Sedekah juga harusnya meringankan, bukan memberatkan. Coba liat orang yang sedekahnya pake receh-receh koin itu, kan kasian nanti yang bawa kotaknya berat!"


Hahaha. Fyi, uang Rp. 1000 itu kan gambarnya Kapten Pattimura lagi bawa golok dan uang Rp.100.000 itu gambarnya Bung Karno dan Bung Hatta. :D
Dan masih banyak lagi nilai-nilai positif yang gue serap dari dia. Contohnya;
"Jangan pernah bilang kata mahal, simpan saja dalam hati. Bilang saja kalau tahun 2012 bagi saya itu akan murah! Kalau mahal artinya apa? Kita tidak pantas untuk barang itu."


"Matahari pasti nggak terbit di timur? Tidak. Tidak ada ayat yang menyatakan bahwa matahari pasti terbit di timur. Artinya suatu saat bisa nggak terbit di timur. Tapi balasan bagi sedekah, disebut berulang kali di Al Quran. Artinya, balasan bagi sedekah lebih pasti dari arah terbitnya matahari!"


Mas Ippho juga menyampaikan maha pentingnya kita berbakti pada orangtua. Dia menyebutnya 'sepasang bidadari' yang artinya orangtua dan pasangan harus sejalan dengan arah kita melangkah agar berlipat rezeki yang didapat. Untuk menambah keyakinan akan bakti orangtua ini bahkan sengaja dilakukan sesi khusus yang biasa dilakukan di training-training semacam ESQ: lampu dimatikan, mata terpejam, dan diperdengarkan suara (yang menurut gue serem) yang pada awalnya nyuruh kita rileks dan akhirnya mendatangkan bayangan kalau orangtua kita pergi meninggalkan kita. Jujur, gue sangat ngeri waktu itu, dimana keadaan gelap dan orang belakang gue nangis ga ketulungan, meraung-raung. Gue juga ikutan nangis (lebih karena bayangan gue sendiri, bukan bayangan yang dikasih sama si suara), semua orang nangis, bahkan Refa juga nangis.


Terima kasih ya Mas Ippho, begitu banyak ilmu yang saya dapet dari seminar kemarin. Btw, Ippho ini ngebawainnya lancar sekali, keliatan banget kalau jam terbangnya udah lama jadi bisa menyampaikan dengan ringan tapi ngena. 
Sekarang, sebagai manusia dewasa, gue harus bisa menyerap, memilah, dan menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik yang diajarkan beliau. Terima kasih juga untuk Refa yang membawa gue ke dunia pikiran yang baru dan positif--like you always wanted to do, A.
Oh ya, bagi yang penasaran siapa Ippho Santosa, just click here.


Next posting is about my interpretation for 'sepasang bidadari'. Keep reading. :)

Cheers!

No comments:

Post a Comment