Ada satu nomer yang mengharuskan tiap anggota ngerjain sendiri-sendiri karena soalnya disuruh nulis rencana masa depan. Ini soalnya;
"Dalam keseharian adakalanya kita bertingkah laku tanpa hasil yang berarti tidak efektif. Agar tingkah laku kita terarah (motivated), salah satu cara dalam pikiran kita harus menetapkan target, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Tentukan target yang ingin anda masing-masing capai dalam kurun waktu 2-5 yad, baik bersifat fisik maupun non fisik, tahun berapa akan dicapai?"
Honestly, pertanyaan itulah yang membuat gue vakum 2 minggu ga nulis di blog.
Just like some friends of mine who at the critical point of their life; which way should I choose and go after I graduate? Should I get a job? Should I grab postgraduate degree? Or maybe I should married? Clueless.
Pertanyan itu kemudian menjadi sangat sulit karena pikiran dan perasaan pun ikut terlibat. "Men, ini masa depan gue, gue harus merancangnya dengan benar," begitu yang ada di pikiran saat itu. Gue pun mengambil kertas dan mulai menulis angka-angka (umur) dan coret-coretan di bawahnya (gue mau ngapain di umur itu). Karena sebelumnya banyak ngobrolin cita-cita dan masa depan sama Refa, gue pun menelepon dia. Refa--yang sudah punya visi misi dan passion sama apa ynag dia kerjakan sekarang--tentu melihat gue sangat bodoh karena menganggap soal ini sulit. Dia pun bersungguh-sungguh memberikan wejangan kalau gue harus punya satu mimpi besar yang harus gue kejar.
"Ya udah, kamu liat, kamu pengennya jadi orang kaya apa. Misalnya penulis atau yang jago masak. Kamu bikin rencana-rencana dari sekarang, itu namanya subtarget"--dan banyak lagi, gue pun terdiam, mikir--"jangan kelamaan mikir, kerjain sekarang. Ini juga jangan dianggap tugas aja, kamu kerjain bener-bener" begitu kata Refa.
Oke. Kalau gitu gue akan bersungguh-sungguh. Ngeringkel di antara tumpukan bantal, memikirkan gue sebenernya mau jadi apa. Berpikir keras.
Hmm kalau gini...bentar...oh iya gini aja, tapi kalau gitunya lama..hmm..
Liat jam: jam 4. Eh mampus dikompilnya kan jam 5.
Mulai berpikir..
"Mei, kamu ngerjain Psiter gimana?"
Akhirnya gue nelepon Mei. Kita berdua bernasib sama dengan kebingungan akan masa depan dan cerita tentang proses gue dan Mei dalam mengerjakan soal itu.
"Ah aku juga tadinya gitu kaya kamu, duh ini kan rencana masa depan--mikir, tunggu tunggu, gimana ya, kalau gini gimana, kalau gitu gimana--ah! lama-lama oge podo wae! Masa hidup aku selama 5 taun ke depan ditentukan dengan 2 sks kuliah ieu. Moal dipariksa ieuh, mepet lagi ngerjainnya, tong make hate, wa!"
HAHAHAHAHA. Gue pun tergelak tak tertahankan ampe nangis-nangis. :D
It's very funny when someone give you some serious advice while other tell you not to take it too serious, in my case, especially when the other is Mei, with the way she talks makes this thing hilarious. Maksud gue adalah dalam waktu yang berdekatan, gue mendapat pendapat tentang satu hal dari perspektif yang berbeda. Dan dua-duanya benar, walau bertolak belakang cara penyampaiannya. Refa bermaksud agar gue termotivasi untuk benar-benar merancang masa depan dengan adanya soal itu. Sedangkan Mei melihat bahwa itu memang sekedar tugas--walau substansinya bagus--tetap punya batasan waktu, which is harus dikompil jam 5 itu. Gue sangat mengerti maksud keduanya baik. And yes, gue akhirnya merancang masa depan kok. Ngga terlalu serius tapi ngga main-main juga.
Thank you Aa for guide me to face my future life with passion and spirit.
Thank you Mei for bring the funny side of things we're going through.
I love both of you. :)
P.S: baru siang tadi makalah ujian Psiter dikumpulin. Mudah-mudahan nilainya bagus.
Cheers!
hidup kamu seimbang punya pacar kayak refa dan sahabat seperti Meilani ehh Melisa ehh Meilya ehh pokoknya si Mei :)
ReplyDeletehehe iya alhamdulillaaah :)
ReplyDelete