Friday, August 24, 2012

Seutas Takdir

Tulisan ini dibuat sesaat setelah mandi.
Wait, what?
Yea, why not? Kamar mandi itu sumbernya inspirasi. Jadi selama berada di dalamnya, entah kenapa pikiran dan imajinasi kaya berhamburan kemana-mana. Pengen rasanya diwadahin ke ember. Mungkin karena kepala kena air juga kali ya, jadi seger gitu. Whatever it is, sangat penting untuk segera menulis ide itu sebelum lupa.

Andai jalan hidup manusia dipandu dengan seutas benang yang terbentang dari zaman rahim sampai zaman kubur nanti,
Tentu tak ada amarah, tak ada sengketa, konflik, dan perselisihan karena masing-masing meniti benangnya sendiri. Tak akan tercipta istilah pencarian jati diri karena yang perlu kita lakukan adalah mengikuti benang dan melihat kemana ia akan membawa kita.
Namun, Tuhan tidak berkehendak demikian. Tali hidup kita sudah diputus semenjak kita lahir, orang lalu menyebutnya ari-ari. Namun, tali itu tidak sepenuhnya hilang, kita hanya tak bisa melihatnya.

Kita sedang meniti tali itu, sampai sekarang, apapun yang kita lakukan sekarang, kita sedang berjalan di atas tali itu. Orang lalu menyebutnya takdir. Mungkin manusia akan melepas imannya jika benang takdir itu terlihat. Tak peduli akan usaha, tak bergelut dengan keputusan, tak berhadapan dengan kesulitan, karena jalannya sudah ada.

Manusia adalah makhluk-makhluk kecil yang ditempatkan Tuhan di sebuah labirin raksasa. Labirin dengan lika-liku rumit yang berisi jutaan jalan hidup manusia beserta kemungkinan-kemungkinannya. Kita ditempatkan disitu tanpa mampu melihat jalan hidup.
Lalu kemana kita harus pergi? Labirin itu memiliki banyak jalan keluar, namun hanya satu tujuan: kembali pada Tuhan.

Bit lame? Mungkin karena waktu itu nulisnya langsung banget tanpa editing.
Okay, that's it for today. Bye-bye!

Cheers!

No comments:

Post a Comment