Sunday, October 18, 2015

The Ultimate Truth (Part 1)

Pertanyaan paling malesin selain "kapan nikah" adalah "kerja dimana". Karena bahkan setelah dijawab pun, pertanyaan masih berlanjut dengan "apa itu?", lengkap dengan kernyitan dahi.

Ya bukan salah mereka juga sih. Karena toh Pinteraktif bukan perusahaan besar kayak tempat teman-teman gw bekerja. The thing is I feel annoyed with that fact. Bahwa dengan itu, orang seperti berkesimpulan (walaupun ini mungkin hanya terjadi di kepala gw aja sih); "kok nggak nyambung sama kuliahnya?", "kok kerja di tempat seperti itu sih?", "memangnya susah ya dapet kerja di perusahaan besar?". Belum kalau yang tahu sejarah keluarga gw, pasti ada celetukan; "nggak mau lanjut sekolah?"

Just shut up. Sorry, I know you guys probably being nice but can we just appreciate what is and not pointing out what isn't? Don't you think I would aware of those questions from the first time I got this job? I mean, yes it is not directly related to my major. Who realized it in the first place? Well I don't know, let's see.. it was me, yay! (That's sarcasm, fyi).


Cukup kesel-keselnya. Itu yang gw rasakan sih selama ini. Tapi, tentu gw punya alasan juga kenapa sekarang masih di Pinteraktif. Bahkan, dalam beberapa minggu terakhir ini mulai bisa melihat hal-hal positif dan menghargai diri sendiri atas apa yang sudah dilakukan sampai tahun ketiga ini.

Apa sih Pinteraktif? Ngapain aja tuh inst-- ins-- insttrurrbussstnel designer?

(My job title is surely a tongue-twisted. It is considered so complex that I can use it for a password. It is instructional designer. We'll get there.)

Pertama, Pinteraktif itu adalah semacam educational technology company. EdTech, you can call it. Bisnis utamanya adalah di teknologi dan bagaimana teknologi (terkini, tentu saja) mengoptimasi proses pendidikan yang sudah ada. Bagaimana caranya? Support kami terletak di 3 bagian; software, hardware, dan konten.

Software kebanggaannya Pinteraktif adalah Pinteraktif Suite, sebuah LMS (Learning Management System) yang dibesarkan seperti anak sendiri (kok kayak iklan kecap). Itu tuh kayak software yang bikin manajemen pembelajaran jadi terintegrasi (nilai, ujian/konten online, bahan materi yang bisa didownload, kuis, jadwal, progress belajar, dsb).

Di hardware, Pinteraktif punya infrastruktur untuk mendukung proses belajar. Ada LED touchscreen yang nyambung sama Smart Podium. Bit tricky to explain this. Gampangnya kayak yang kalian lihat di acara Mario Teguh lah. But it's more than that (takut dijitak sama marketing :p).

Last but not least; konten. Ini adalah wilayah gw. Kami memproduksi konten-konten yang dibutuhin untuk belajar (mostly e-learning). Karena salah satu keyakinan kami adalah learning should be fun, jadi e-learning yang dibikin juga sebisa mungkin menarik. Tim konten menyulap materi yang penuh teks menjadi gambar, cerita, animasi, dan suara.

We have this video for a visual aid. Go check:


Nah, hal yang kedua, si instructional designer (ID) ini bertanggung jawab untuk (ambil napas):
menampung curhatan klien tentang urgensinya bikin e-learning,
menerima dan membaca bahan materi yang panjang (dan seringnya amburadul),
menyaring dan merapikannya sampai bisa dilihat seberapa banyak yang bisa dimasukkan dalam satu konten,
semedi merancang jalan cerita/alur penyampaian yang logis dan bentuk interaktivitasnya,
menyusun dokumen instructional design dan storyline,
mendiskusikannya dengan tim konten,
meeting follow up sama klien (dan mencatat keluh kesah klien; "yang ini kok gitu? saya maunya gini"),
kontrol kualitas skenario dan final content (bawel revisi).

Begitulah kira-kira.

Oke, terus?

Dengan beragamnya kerjaan gw sebagai ID dari hulu ke hilir produksi konten, gw jadi terlibat di beberapa titik krusial. Dan itu menjadikan posisi ini ID ini cukup signifikan di Pinteraktif sehingga kadang gw merasa menjadi ikan besar di kolam kecil. Ini bukan sombong, tapi toh ternyata ini mah memang pengalaman hidup. Lagipula, karena Pinteraktif ini kecil jadi sebesar-besarnya ikan, masih mirip-mirip juga ukurannya. Ibaratnya, kalau beberapa dari kami resign, ketimpangan pasti kerasa banget, karena kami sama-sama punya peran membesarkan Pinteraktif. Dulu, gw bukan mahasiswa cemerlang yang outstanding, so being a big fish in a small pond ini kaya takdir berkata "lu dulu gitu, sekarang cobain gini deh". Dan prinsip itu jadi membuka mata aja, bahwa ada juga loh lapisan kehidupan yang begini.

Gw juga jadi kenal sama orang-orang "kreatif" di Bandung. Pake tanda kutip karena bukan berarti kreatif secara seni tok, intinya sih orang-orang yang dulu pas kuliah sama sekali nggak kebayang bakal kenal. Dan ini membuat gw yang "oh ada yah yang kaya gini di Bandung". Seumur hidup nggak pernah jauh dari radius Bandung Utara dengan ritme sekolah-rumah jadi emang rada cupu :p. Bahwa kemudian gw jadi ikut-ikut acara "ke-Bandung-an" jadi bikin mikir kalau mungkin gw ada di sini sekarang adalah suatu kesempatan melakukan sesuatu untuk kota ini. Jadi bon cabe doang sih, tapi bon cabe di bawah denyut pemerintahan Kang Emil jadi bawa pengaruh beda.

Oke, ini harus segera dibagi dua (whaat, there's more?) sebelum jadi curcol berkepanjangan.

Poinnya adalah gw disini mencoba menjelaskan apa yang sebetulnya gw kerjakan selama ini. And it may not a perfect, "decent", shimmering-gold, spotlight-stealing job, but being not okay is okay, you know? Life is all about imperfection. Tugas manusia kemudian: pertama, bersyukur atas apa yang dimiliki; kedua, terus mencari cara agar apa yang dimiliki menjadi lebih baik dan lebih baik.

The creative director, instructional designer, and illustrator
Part 2 akan menggarisbawahi bagaimana gw (pada akhirnya) mengatasi segala pertanyaan-pertanyaan annoying itu. Bear with me. ;)

Cheers!

No comments:

Post a Comment