Seringkali dengan kelelahan yang mendera sepanjang kuliah, gue lupa untuk bersyukur. Mengutuk kehidupan perkuliahan tak ubahnya kuli yang dicekoki paksa. Masa TPB gue cukup suram, nilai C bergelimpangan, dan huruf D nanti akan bertengger di transkrip gue, bersebelahan dengan 'Kalkulus 2'. Dan kebetulan banget, ketika lagi nulis ini, gue menemukan FB temen TPB. SITH juga, tapi ga sampai satu semester, dia udah angkat kaki dari kampus. Menjadi mahasiswa ITB itu memang berat, Bung!
Waktu berlalu--keempat tingkat di masa perkuliahan ini telah gue jalanin. Mulai beradaptasi, mulai menemukan cara untuk bisa survive di lingkungan orang pinter semua. Teman-teman mikro semuanya inspiring, tak terkecuali. Dari mulai Aldina, si bule cantik dan cerdas, kebanggaan kita semua, yang
Sampai saatnya ketika gladiresik wisuda hari Kamis lalu, gue menggigit bibir menahan haru saat membaca Janji Lulusan ITB dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Rasanya kaya, "sampai juga di masa ini, duduk di kursi wisudawan, berdiri mengucap janji. Diwisuda di Sabuga, menjadi lulusan ITB." Gue mengerjap-ngerjapkan mata biar ga nangis, takut diketawain Astri, yang berdiri di sebelah (doi emang unik, di saat haru dimana orang-orang pada nangis, dia malah ketawa geli, ga ngerti kenapa :p).
Layaknya acceptance speech penghargaan Oscar, maka gue ingin berterimakasih dengan layak disini untuk pihak-pihak yang jasanya sangat besar.
Papap dan Mamah, selalu, untuk doa dan kasih sayang yang tulus, maafin Hawa kalau belum bisa mandiri dan ngebanggain Papap dan Mamah *brb nangis. Teman-teman mikro, teman-teman bio, Bu Pingkan, Bu Dea, Pak Nyoman (khusus para penguji sidang, mengingat mereka membuat gue inget bahwa walaupun dinyatakan lulus, toh gue sama sekali jauh dari kata sempurna). Keluarga besar SITH, keluarga himpunan Nymphaea--adik-adik 2008 sampai 2010 juga kakak-kakak 2006 sampai 2004 yang membuat kehidupan kampus lebih berwarna, juga untuk rangkaian usaha perayaan wisuda Oktober ini. Teman-teman satu ITB yang gue kenal, genggong SMA yang masih harmonis (Isma, Rai, Riri, Sheila), sampe temennya temen. Terimakasih untuk semua bunga, coklat, dan ucapan selamatnya. Last but not least, of course, untuk Refa yang melihat gue jatuh bangun melewati semua ini. Walaupun kadang ga melihat langsung, setidaknya dia bisa merasa. Oh iya, ga lupa juga untuk Tante Undang yang ngejait kebaya, dan Teh Densy, Teh Opi dari Famos yang membuat gue terlihat cantik di hari wisuda, hihi.
Semoga Allah membalas kebaikan kalian berlipat ganda. :)
Sekarang, setelah menggantung toga, gue teringat Ega. Kalau dia dateng saat wisuda kemarin, pasti dia bilang, "bangga ga, Wa, pake toga ITB?". Maka, gue akan menjawab, "sangat bangga!". Bahwa 'bangga' bukan hanya prestise nama ITB, melainkan semacam kolase dari tangis, tawa, duka, bahagia gue selama ini serta doa dan dukungan orang-orang yang gue sayangi.
Alhamdulillah, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Terimakasih ya Allah :)
Cheers!
Bu Undaaaaangg :))
ReplyDeleteTernyata beliau penjahit handal
. Welcome to the IA ITB hawaa :)
iya super sekali, kurang dari seminggu udah jadi kebayanya :D
ReplyDeleteini sekalian welcome to the 'galau club' ga? :p