Friday, July 14, 2017

Trust me I was a microbiologist

Kenapa lulusan Mikrobiologi kerja di bidang tulis-menulis, konten, teknologi, dan marketing?

The answer is because I hate lab research.
Haha, gitu doang. Eh, maap Pak Bu dosen.

Don't get me wrong. I do love microbiology science, but when it comes to wet lab research, rasanya ada skill yang gak ada di gw--skill yang seharusnya dimiliki oleh scientist. My final research was kinda proof it with the lost-count failures. Pengen nangis rasanya ketika gw berusaha bikin tempe for like months, itu kedele ya kedele aja gitu, berserakan dengan hifa yang menggumpal di beberapa spot. Meanwhile, adek tingkat gw 2x percobaan saja terciptalah tempe layaknya karya mang-mang di pasar. I've tried other ways and tweaked some loose chains tapi bentuk tempe pasar tetap tidak bisa diraih. Although, in the end, riset TA kemarin tidak berakhir buruk kok. Tauco bikinan gw masih ada loh sampai sekarang, gak busuk-busuk di kulkas. Padahal udah 5 tahunan (ketahuan deh angkatannya).


A lil bit of NaCl, a lil bit of potato dextrose, a pinch of microbes, stir it, and voila, you're a scientist!

Setelah itu, I took a break and thought that maybe there was another option for me beside lab research to make a living.

Dulu, angkatan gw bikin acara pameran makanan fermentasi and it was one of the happiest moments in my life karena so excited ketika gw harus menerangkan ke orang-orang gimana bikin nata (yang kaya nata de coco) tapi dari kulit pisang. Dan ke-curiosity-annya resiprokal, dalam artian mereka juga excited to know more about nata de banana itu. Acaranya waktu lively banget (untuk ukuran pameran sebuah praktikum mata kuliah ya) dan capeknya capek nikmat.

Lalu gw pun kontemplasi, apa ya yang sebetulnya I enjoy doing? Writing was the answer. Human-centered and story type of writing is something that I have spark on.

Sehingga kalo gw runut, dari pekerjaan gw pertama (include each project in it) dan pekerjaan-pekerjaan samping lainnya, sampai sekarang, benang merahnya adalah produksi konten untuk memudahkan orang memahami sesuatu. That is one of the things I'm grateful for because apparently my job is somewhat consistent. I think that is something you can sell and show them that you're really into it. Sekaligus juga menumpuk jam terbang di bidang yang sama.

And somewhere in 2015, I started to put those puzzles:

  1. I am fascinated by science but I hate the dirty work.
  2. I love (story) writing.
  3. I like presenting something to people.
  4. All my job is pretty consistent in content production.

Sehingga ketika gw (yang sebetulnya sedang dalam pencarian jurusan buat S2 juga) menemukan something that called "science communication", gw berasa ketemu jodoh.

Apa sih science communication? Ilmu komunikasi? Bukan, itu mah communication science. Banyak yang salah paham sih emang. Google aja suka ketuker-tuker. Lalu apa?

Karena sudah malam ikan harus bobok dan kayaknya butuh post khusus yang jelasin si scicomm ini,  I'll continue tomorrow ya!

Cheers!
#31dayswritingchallenge #day10

No comments:

Post a Comment